Kamis, 24 Maret 2011

Makalah teori-teori dalam penelitian sastra


BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

            Sastra adalah setiap bahasa berbentuk syair berisi imajinasi yang baik, ilustrasi yang indah, makna yang kuat dan hikmah yang sesuai, yang berpengaruh terhadap pembinaan jiwa, kepekaan rasa dan kefasihan lisan (Laelasari dan Nurlailah, 2006).
            Karya sastra terdiri atas berbagai jenis; ada yang berupa puisi, novel, cerpen, dan sebagainya. Di dalamnya karya sastra terdapat berbagai hal yang dapat dikaji, baik itu dari tokoh yang ada dalam cerita, gaya bahasa pengarang, maupun amanat yang ingin disampaikan pengarang  kepada pembaca melalui isi cerita atau isi puisi yang dibuatnya.
 Untuk melakukan suatu penelitian di bidang sastra, tentunya seseorang harus menggunakan suatu teori, metode ataupun teknik yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari karya sastra tersebut.
            Begitu banyak teori, metode, dan teknik yang dapat kita gunakan untuk mengkaji karya sastra. Namun, yang digunakan tentunya hanya salah satu dari sekian banyak teori, metode, dan teknik yang ada.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan pemaparan di atas,  adapun  yang menjadi pokok permasalahan adalah: “Apa sajakah yang menjadi teori-teori  dalam Penelitian Sastra?”

C. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan teori-teori yang dapat digunakan dalam Penelitian Sastra.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dari isi makalah ini adalah:
1.    Memberikan gambaran umum mengenai teori-teori dalam pengkajian isi karya sastra.
2.    Menambah   pengetahuan  tentang  teori-teori  dalam  pengkajian  isi karya sastra khususnya bagi pencinta sastra dan bagi yang ingin mengkaji sebuah  karya sastra.

                                                                BAB II
PEMBAHASAN


BEBERAPA  TEORI  DALAM  PENELITIAN  SASTRA


A.  Struktural (Objektif)
            Teori ini memandang dan menelaah karya sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya sastra, yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa. Teori ini mengkhususkan penelaahan karya sastra itu sendiri tanpa melihat unsur pengarang dan pembaca (Nensilianti, 2002).

B. Intuitif
            Metode intuitif dianggap sebagai kemampuan dasar manusia dalam upaya memahami unsur-unsur kebudayaan. Manusia memahami kebudayaan jelas dengan pikiran dan perasaannya, yaitu dengan intuisi, penafsiran, unsur-unsur, sebab akibat, dan seterusnya. Sejajar dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka setiap komponen diperbaharui sekaligus disesuaikan dengan objek yang dipahami.
            Ciri-ciri khas metode intuitif adalah kontemplasi, pemahaman terhadap gejala-gejala kultural dengan mempertimbangkan keseimbangan antara individu dengan alam semesta. Dikaitkan dengan zamannya yang jelas metode intuitif memiliki hubungan yang erat dengan hermeneutika.
            Metode intuitif kontemplatif, demikian juga metode intuitif hermeneutis jelas telah digunakan dalam memahami sastra, khususnya sastra Indonesia sebelum lahirnya strukturalisme.
C. Hermeneutika
            Secara etimologi hermeneutika berasal dari kata hermeneuein, bahasa Yunani, yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan. Secara mitologis (ibid.) hermeneutika dikaitkan dengan Hermes, nama Dewa Yunani yang menyampaikan pesan Ilahi kepada manusia. Pada dasarnya medium pesan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Jadi, penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri.
            Dikaitkan dengan fungsi utama hermeneutika sebagai metode untuk memahami agama, maka metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan bahwa di antara karya tulis, yang paling dekat dengan agama adalah karya sastra. Pada tahap tertentu teks agama sama dengan karya sastra. Perbedaannya, agama merupakan kebenaran keyakinan, sastra merupakan kebenaran imajinasi. Agama dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisn Asal mula agama adalah firman Tuhan, asal mula sastra adalah kata-kata pengarang. Baik sebagai hasil ciptaan subjek Illahi maupun subjek kreator, agama dan sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak, seperti disebutkan di atas, kedua genre terdiri atas bahasa. Dipihak yang lain, keyakinan dan imajinasi tidak bisa dibuktikan, melainkan harus ditafsirkan (Ratna, 2004).
            Hermeneutika adalah konsepsi interpretasi dari ilmu tafsir kitab suci dan penjelasan teks sastra yang bertradisi panjang, tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan teks yang pasti dengan jalan menerapkan lingkaran hermeneutis (Laelasari dan Nurlailah, 2006).
D. Strukturalisme Dinamik
            Strukturalisme dinamik dimaksudkan sebagai penyempurnaan strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas terhadap struktur intrinsik, yang dengan sendirinya melupakan aspek-aspek ekstrinsiknya. Strukturalisme dinamik mula-mula dikemukakan oleh Mukarovsky dan Felik Vodicka (Fokkema, 1997:31). Menurutnya, karya sastra adalah proses komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan nilai-nilai.

E. Semiotik
Semiotik ini pada dasarnya merupakan pengembangan pendekatan struktural, yaitu penelahaan sastra dengan mempelajari setiap unsur yang ada di dalamnya, dan menganggap bahwa semua itunya itu adalah penting, juga melihat suatu karya sastra sebagai sesuatu yang terikat kepada sistem yang dibentuknya sendiri, sehingga sistem yang ada di luarnya tidak berlaku terhadapnya (Nensilianti, 2002).
Laelasari dan Nurlailah  (2006) Semiotik adalah ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang dan proses perlambangan.
ü     Semiotik Sastra
Sastra dalam bentuk karya atau naskah juga mengandung makna tanda-tanda, sebagai tanda-tanda nonverbal. Kulit buku, susunan warna, tebal buku, dan tipografi tulisan, dianggap sebagai sistem tanda. Untuk menafsirkannya secara semiotis maka setiap tanda dihubungkan dengan groun, denotatum, dan interpretant.
              Dikaitkan dengan aspek gound tersebut, maka teks sastra pun memiliki ciri-ciri qualisign, sinsigns, dan legisigns. Ketiga istilah terbentuk atas dasar signs dengan prefiks ‘quali’ (kualitas), ‘sin’ (singular), dan ‘lex’ (hukum, undang-undang). Qualisigns adalah citra, ide, dunia kemungkinan, dan akan menjadi nyata apabila dimasukkan ke dalam sinsigns. Sinsigns adalah tampilan dalam kenyataan, tanda tak terlembagakan, tanda tanpa kode. Legisigns adalah tanda yang sudah terlembagakan, tanda atas dasar peraturan yang berlaku umum (dalam lingkungan kebudayaan tertentu, dalam hal kesusastraan tertentu), sebagai sebuah kode dan konvensi, diapahami dengan cara membedakannya dengan karya bukan sastra, bukan fiksional.
ü           Semiotik Sosial
Semiotoka sosial, menurut salah seorang pelopornya, yaitu Halliday (1992: 3-4), adalah semiotika itu sendiri, dengan memberikan penjelasan lebih detail dan menyeluruh tentang masyarakat sebagai makrostruktur.
Sebagai kajian akademis, seperti disinggung di atas, semiotoka sosial dimaksudkan sebagai langkah-langkah dalam memanfaatkan sistem tanda bahasa dan sastra sekaligus kaitannyadengan kenyataan di luarnya, yaitu masyarakat itu sendiri.


Perbedaan semiotika sosial dengan semiotika sastra:
            Semiotika sosial tetap berangkat dari sistem tanda, dengan sendirinya dengan memanfaatkan teori-teori semiotika, sedangkan semiotika sastra berangkat dari asumsi-asumsi dasar hubungan sastra dengan masyarakat, saling mempengaruhi di antara keduanya, dan sebagainya.

F. Stilistika
            Laelasari dan Nurlailah  (2006) stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra; cabang linguistik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya gaya bahasa, dan diharapkan dapat membantu filologi dalam menemukan teks asli atau yang paling mendekati aslinya serta penentuan umur teks.

G. Sosiologi Sastra
            Sosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai disiplin yang baru. Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, sosiologi sastra dianggap baru lahir abad ke-18, ditandai dengan tulisan Madame de Stael (Alberacht, dkk., eds., 1970: ix; Laurenson dan Swingewood, 1972:25-27) yang berjudul De la litterature cinsideree dans ses rapports avec les institutions sociales (1800)).
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut.
1.  Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota  masyarakat.
2.   Karya ssatra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
3.  Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4.    Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradsisi lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika.
5.  Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

            Sosiologi sastra merupakan bagian kritik sastra yang mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan.
Menurut Wellek dan Warren (dalam Nensilianti, 2002) bahwa sosiologi sastra, adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra. Telaah sosiologi ini mempunyai tiga klasifikasi, yaitu:
1.  Sosiologi Pengarang, yakni menyangkut diri pengarang itu sendiri, baik tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain.
2.   Sosiologi karya sastra, yakni menyangkut masalah-masalah karya itu sendiri.
3. Sosiologi sastra, yakni yang memasalahkan pembaca dan penaruh sosialnya terhadap masyarakat.
            Menurut Laelasari dan Nurlailah  (2006)  Sosiologi sastra merupakan sastra karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik, dan sosialnya, kondisi ekonomi, serta khalayak yang ditujunya; telaah yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

H. Strukturalisme Genetik
            Strukturalisme genetik ditemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Teori tersebut dikemukakan dalam bukunya  yang berjudul The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa Perancis terbit pertama kai tahun 1956.
            Strukturalisme genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrsinsik dan ekstrinsik.
*      Intrinsik
Penyelidikan intrinsik karya sastra adalah menyelidiki unsur-unsur karya sastra yang membangun dari dalam, misalnya imaji, sajak atau rima, alur dan sebagainya  (Juanda, 2002).
*      Ekstrinsik
Penyelidikan ekstrinsik adalah usaha menafsirkan seni sastra dalam kaitannya dengan lingkungan sosial serta hal-hal yang mendahuluinya; misalnya penyelidikan asal-usul karya sastra, sebab-sebab penciptaan karya sastra. Selain itu peyelidikan ekstrinsik berusaha mencari hubungan karya sastra dengan ilmu-ilmu lain seperti: biografi, filsafat dan sebagainya (Juanda, 2002).

I. Pragmatik
            Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang memberi kesenangan dan manfaat bagi pembacanya.
Jadi, pendekatam pragmatis ini menggabungkan antara unsur keindahan dan unsur didaktis (manfaat). Namun, konsep keindahan dan didaktis ini harus disesuaikan dengan kondiisi waktu (Nensilianti, 2002).
            Laelasari dan Nurlailah  (2006) menyatakan bahwa pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; susunan pemerintahan; faedah untuk umum, memberikan hasil yangberguna untuk menambah pengetahuan dan berdasarkan kenyataan.
            Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implisit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.

J.  Fonemis
            Alwi., Dkk. (2003) menyatakan bahwa fonemis  adalah 1) bersangkutan dengan fonem; 2) bersangkutan dengan fonemik; dan 3) berbeda dipandang dari sudut bahasa (dikatakan tentang bunyi-bunyi yang berbeda karena mampu menyatakan kontras makna).

K. Kajian Sastra Lisan
            Laelasari dan Nurlailah  (2006) sastra lisan adalah suatu karya yang dikarang berdasarkan standar bahasa kesusastraan yang disampaikan secara paralel dari satu orang ke orang lain dalam bentuk yang tetap secara lisan.
           
    BAB III
 PENUTUP



A. Simpulan
            Terdapat  beberapa  jenis  teori  yang  dapat  digunakan  dalam penelitian sastra, antara lain:   Struktural (Objektif); Intuitif; hermeneutika;  struktural dinamik; semiotik,  yang  terdiri  atas  semiotik  sastra  dan  semiotik  sosial;  stilistika,  sosiologi  sastra,  strukturalisme  genetik,  pragmatik,  fonemis,  kajian  sastra lisan, dan sebagainya. 
            Bagi para peneliti sastra tentunya dapat memilih salah satu teori yang akan dijadikan acuan atau pedoman dalam pengkajian isi karya sastra, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.

B. Saran
            Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jelas mengenai teori-teori sastra yang ada, dapat membaca atau sebaiknya memiliki buku mengenai teori penelitian maupun pengkajian sastra.
  

DAFTAR PUSTAKA



Juanda. 2002. Teori Sastra. Tidak diterbitkan. Makassar: UNM.

Laelasari, dan Nurlailah. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Mulia.

Nensilianti. 2002. Himpunan Materi Perkuliahan Kritik Sastra. Tidak diterbitkan. Makassar: UNM.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PENDIDIKAN BERKARAKTER



Tugas Individu
Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Tulis dan Pembelajarannya
Dosen:   Dr. Andi Syukri Syamsuri,M.Hum

PENDIDIKAN BERKARAKTER

UNISMUH
Disusun Oleh
MUHAMMAD FITRI
04034152009


PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
JANUARI  2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt., karena bimbingan, tuntunan, taufik, dan hidahnya-Nya makalah dengan judul: “Pendidikan Berkarakter”, dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembina mata kuliah keterampilan berbahasa tulis dan pembelajarannya, yaitu Dr. Andi Syukri,M.Hum.  yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat. Semoga menjadi amal yang tulus di sisi Allah swt.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu, kami  memohon saran dan kritikan  konstruktif dari pembaca untuk kesempurnaannya. Semoga apa yang dipaparkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pengajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Mudah-mudahan Allah swt. tetap memberkati kita semua, amin.
              Makassar, 17Januari  2011

Penulis,



BAB I
PENDIDIKAN BERKARAKTER

A.    Latar Belakang
PEMERINTAH, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka  tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal ini saat berbicara pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu (15/4/2010).
Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila "watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan manusia.
B.     Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.      Menguraikan makna pendidikan?
2.      Menguraikan perkembangan pendidikan?
3.      Menguraikan tentang pendidikan karakter?
C.     Pembahasan Masalah
1.      Makna Pendidikan
Banyak kalangan memberikan makna tentang pendidikan sangat beragam, bahkan sesuai dengan pandangannya masing-masing. Azyumardi Azra dalam buku "Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan pengertian tentang "pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu.
Di samping itu, pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.
2.      Perkembangan Pendidikan
Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada massa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan saksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat mengkhawatirkan, janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal, jangankan menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap kualitas sumber daya manusia.
3.      Pendidikan Karakter
Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan sebagainya.
















BAB II
DISEMINASI PENDIDIKAN BERKARAKTER
A.    Latar Belakang
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi "pemimpi" dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.Banyak kalangan masyarakat yang mempunyai pandangan terhadap istilah "kelatahan sosial" yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan berbagai peristiwa, seperti tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa aturan, tuntutan otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang mempersatukan seluruh komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang mendahulukan hak daripada kewajiban. Pada akhirnya berkembang ke arah berlakunya hukum rimba yang memicu kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini menyebabkan orang frustasi dan cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam bentuk "amuk massa atau amuk sosial".
B.     Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.      Menguraikan tentang reformasi pendidikan?
2.      Menguraikan tentang mekanisme character building
C.    Pembahasan
1.      Reformasi Pendidikan
Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab. Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di IPDN yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan masih bertahannya "kekerasan struktural" (structural violence) pada tingkat tertentu. Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil diwujudkan.
            Pendidikan berkarakter perlu direvitalisasi, karena adakekhawatiran terjadi penurunan karakter bangsa. Keragaman nilaidalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan berkarakter.Nilai-nilai Pancasila sangat kaya dan sangat erat kaitannya dengannilai-nilai luhur bangsa Indonesia, kecerdasan, kreatifitas, rasaingin tahu, sopan santun, juga disiplin. Pancasila juga sangat kayaakan nilai-nilai keutamaan hidup yang mampu menyejahterakanmasyarakat Indonesia, katanya.Dikemukakannya, penanaman nilai berkarakter ini, perlu dilakukansejak usia dini. Sehingga menjadi pedoman dalam berperilaku sesuaidengan nilai luhur Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia.Pendidikan kata dia, bukan saja hanya sebagai transfer knowledgetetapi juga sebagai tempat membentuk karakter.
Menurut Robert K. Coper PhD ; “ Hati mengaktifkan nilai nilai kita yang terdalam,mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani.Hati mampu mengetahui hal hal mana yang tidak boleh  atau tidak diketahui oleh pikiran kita.Hati adalah sumber keberanian dan semangat serta integritas dan komitmen yang utuh.Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita  terus melakukan pembelajaran,menciptakan peluang ,menciptakan kerjasama, serta keinginan untuk melayani yang terbaik dari diri kita.
2.      Mekanisme Character Building
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdsan otak,gelar yang tinggi, belum tentu menjadi insan yang sukses. Bahkan sebaliknya orang orang yang berpendidikan seadanya namun dengan kemauan hati yang kuat justru mampu menjadi pemenag ditengah persaingan yang sangat berat. Sebab mereka memiliki ketangguhan,inisiatif dan optimisme yang kuat.
Saya akan megambil sebuah pandangan tentang ” Pembangunan Karakter ” dari Stephen R covey :
Taburlah gagasan,petiklah perbuatan,taburlah perbuatan,petiklah kebiasaan,taburlah kebiasaan,petiklah karakter dan taburlah karakter maka petiklah nasibmu …
Artinya, untuk membangun suatu Karakter yang kokoh,baik dan sukses tidaklah cukup hanya dengan mambaca buku,bahkan pelatihan pelatihan yang memakan waktu lama. Namun , dibutuhkan sebuah mekanisme yang terarah dan tiada henti serta berkesinambungan. Karakter pada akhirnya dipandang sebagai sekumpulan kebiasaan yang terkoordinasi dari apa yang kita pikirkan , rasakan dan kerjakan agar seberat apapun tugas yang ada didepan mata kita dapat terselesaikan dengan baik dan sukses.










BAB III
SILABUS DENGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER

Langkah – langkah / Cara – cara Menyusun dan Membuat Silabus Dengan Pendidikan Berkarakter.
Bagi guru pemula bahkan mungkin mahasiswa keguruan, menyusun silabus adalah hal baru yang sangat sulit untuk dibayangkan wujudnya. Pada materi kuliah untuk pengembangan kurikulum, pastilah diberi materi tentang menyusun silabus. Akan tetapi, tidak sedikit yang mengalami kesulitan pada waktu menyusunnya agar sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekarang ini, yaitu kurikulum KTSP atau kurikulum 2006.
Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan silabus? Agar lebih mudah untuk mendapatkan gambaran tentang silabus, Kenneth Croft (1980) mengadopsi pendapat dari makalah milik McKay tentang silabus. McKay menyatakan bahwa “….a syllabus provides a focus for what should be studied, a long with a rasionale for how the content should be selected and ordered.” Dengan kata lain, sebuah silabus memberikan fokus mengenai apa yang harus dipelajari, serta penjelasan mengenai bagaimana konten harus dipilih dan disusun.
Jadi apabila seorang pengajar akan memberikan materi pembelajaran atau melaksanakan kegiatan belajar mengajar, maka harus mempersiapkan silabus agar dapat memberikan alur yang  jelas dan pasti bagi peserta didik tentang materi yang diberikan beserta kemampuan yang harus dicapai.
Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran/tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Perkembangan silabus yang baru, harus memasukkan unsur pendidikan karakter di dalamnya, serta direncanakan untuk dimasukkan sebagai nilai-nilai perilaku yang harus ditanamkan kepada siswa. Mengapa nilai-nilai perilaku? Karena karakter sendiri berarti nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Menurut Koesoema (2007) dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter”, memberikan gambaran tentang karakter sebagai berikut:
“Disini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.”
Pendidikan karakter berarti suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manjadi insan kamil (sempurna). Kaitannya dengan penyusunan silabus, pendidikan karakter atau penanaman nilai-nilai tersebut semakin diperjelas dalam bagian isi silabus. Seperti yang telah diungkapkan oleh Koesoema tentang makna karakter yang dianggap sama dengan kepribadian, maka pendidikan karakter hampir sama pula dengan mengajarkan kepribadian.
Langkah-langkah menyusun silabus adalah sebagai berikut:
  1. Petakan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
  2. Pilihlah dan tentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dengan mengacu atau  menggunakan sumber belajar
  3. Merancang kegiatan pembelajaran dengan mengggunakan metode pembelajaran yang sudah banyak digunakan. Buatlah kegiatan pembelajaran tersebut semenarik mungkin dan dapat memotivasi siswa untuk siap belajar.
  4. Tentukan indikator pencapaian agar lebih mudah merancang penilaiannya.
  5. Susunlah penilaian dengan menyertakan teknik yang digunakan, bentuk instrumen, dan berikan contoh soal.
  6. Alokasikan waktu kegiatan pembelajaran. Sesuaikan dengan materi yang akan diberikan.
  7. Masukkan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku yang digunakan, CD, kaset, atau website.
  8. Dan terakhir tentukan nilai karakter apa yang harus ditanamkan melalui materi yang diberikan tersebut.















Daftar Pustaka

Sianipar andry,2010.Character Building dan Mekanismenya.(http://www .andrysianipar.com). Diakses 12 Januari 2011.

Husaini adrian,2001.Perlukah pendidikan berkarakter.(http://www.hidayatullah.com).   Diakses 12 Januari 2011.

Wahyu.2010.Pendidikan berkarakter dan berbudaya.(http://www. matwahyu.com)Diakses 13 Januari 2011.

Yamin Udo.2007.Manajemen Diri.(http:wwwcharacter.com).Diakses 14 Januari 2011






























PEMANFAAT REKAMAN BENCANA ALAM TSUNAMI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

Tugas Individu
Mata Kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa
Dosen: Dr. Salam, M. Pd.



PEMANFAAT REKAMAN BENCANA ALAM TSUNAMI
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI





Disusun oleh
ANDI BUDIARMAN
05501007





PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
DESEMBER 2006

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan dosen mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa.
Pemanfaatan Rekaman Bencana Alam Tsunami dalam Pembelajaran Menulis Puisi, merupakan salah satu uraian pengalaman penulis yang telah dilakukan dalam menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan di SMA Negeri 1 Liliriaja. Penulis menyadari pentingnya mengemukakan masalah ini, agar dapat menjadi bahan masukan kepada rekan mahasiswa S2 sebagai bahan pengayaan mengenai berbagai metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
Karya Tulis sederhana ini, disusun dengan berbagai masukan, informasi, saran, dan kritikan dari berbagai pihak. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, rasa terima kasih patut penulis sampaikan kepada:
Dr. Salam, M. Pd. yang telah memberi bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyusun karya ini.
Kepada seluruh mahasiswa program S2 Bahasa Indonesia angkatan 2005 yang saling asah, asih, dan asuh sehingga memberikan motivasi untuk penyelesaian tugas ini.
Kepada seluruh pembaca yang meluangkan waktu untuk merespon makalah ini.
Semoga makalah ini, bermanfaat untuk peningkatan mutu pembelajaran di Indonesia.
Soppeng, 10 Desember 2006

Penulis,

Daftar Isi

Halaman Judul. …………………….………………………..…………………
Pernyataan Keaslian Karya ……………………………………………………
Pengesahan……………. ………………………..…..………..………………..
Kata Pengantar ………………………………………………...………………
Daftar Isi ………………………………………………………...…………….
BAB I PENDAHULUAN …………………………….…...………………….
A. Latar Belakang ……………………………..……………………..
B. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah …………………..………
C. Tujuan ……………………………………………….……………
D. Manfaat …………………………………………..……………….
BAB II LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN …….……..………
A. Penyusunan Program Pembelajaran …….. …….….…………….
B. Penyajian ……………………………..………………..…….. …
C. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran …. ………….………..
BAB III LAPORAN HASIL ……………………….……………..………….
A. Nilai Proses …………………………..……………. .………….
B. Nilai Hasil Belajar ……….……………………. ……………….
BAB IV PENUTUP …………………….…………………………………….
A. Simpulan ……………………………………………………….
B. Saran ……………………….. …………………………………
Daftar Pustaka ………………………………………………………………..
Lampiran ………………………………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
1
1
3
4
4
5
5
6
10
13
13
14
22
22
23
24
25




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Menulis puisi memiliki banyak manfaat antara lain:
1. sebagai alat pengungkapan diri,
2. sebagai alat untuk memahami secara lebih jelas dan mendalam ide-ide yang ditulisnya,
3. sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan
4. sebagai alat untuk melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan bersastra
5. sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menggunakan bahasa sebagai media komunikasi
6. meningkatkan inisiatif penulis (Roekhan, 1989 dalam Djoko Prodopo, 1998:29).
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada Kelas XI program Bahasa adalah siswa mampu menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan. Adapun indikator ketercapain kompetensi tersebut adalah:
1. Siswa dapat memilih kata-kata/diksi yang mewakili perasaan/imajinasi siswa.
2. Siswa dapat menjalin kata-kata
3. Siswa dapat menjalin kata-kata ke dalam larik
4. Siswa dapat menjalin larik-larik ke dalam bait
5. Siswa dapat menjalin bait-bait ke dalam puisi yang utuh.
Kita berharap agar semua siswa dapat menulis puisi. Kenyataannya, berdasarkan tes sebelum pemberian materi pelajaran menulis puisi, dari 20 siswa hanya 2 orang saja yang mampu menulis puisi. Standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu 70.
Kondisi siswa dalam pembelajaran puisi pada SMAN 1 Lililiriaja, sebelum penggunaan rekaman bencana alam tsunami tsunami dalam penulisan puisi, adalah:
1. Siswa tidak memiliki ide untuk ditulis dalam bentuk puisi,
2. siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran penulisan puisi,
3. kemampun kreatif yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan kegiatan penulisan puisi yang diharapkan.
4. Siswa memiliki bekal penguasaan bahasa yang kurang memadai.
Media Audio Visual (rekaman bencana Tsunami) berisi informasi lengkap yang melibatkan seluruh panca indera. Menurut Baugh, kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui idera dengar, dan 5% lagi dengan indera lainnya, (Arsyad, 2004:10).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis membuat rancangan pembelajaran dengan memperhatikan tahap penciptaan puisi dan memanfaatkan rekaman bencana alam tsunami sebagai pemancing daya imajinasi siswa untuk menciptakan puisi.
B. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Rekaman bencana alam tsunami meliputi VCD tsunami yang dimanfaatkan dalam pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran ini dilaksanakan pada 20 siswa dalam kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Liliriaja pada Semester 1 tahun 2006/2007. Pelaksanaan pembelajaran selama 4 X 45 menit pada tanggal 9 September 2006.
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apa sajakah yang disiapkan dalam penyusunan program pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi?
2. Bagaimana menyajikan pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi?
3. Bagaimanakah menilai proses dan hasil pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi?
4. Bagaimanakah hasil pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi?


C. Tujuan
1. Menguraikan penyusunan program pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi
2. Menguraikan penyajian pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi
3. Menguraikan penilaian proses hasil pembelajaran pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi
4. Memaparkan laporan hasil pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.
D. Manfaat
1. Melatih guru penyusunan program pembelajaran yang inovatif.
2. Membiasakan guru menguraikan penyajian pembelajaran yang.kreatif.
3. Menemukan penilaian proses hasil pembelajaran yang sesuai karakteristik materi, media, dan teknik mengajar.
4. Guru dapat meningkatkan hasil belajar melalui pengunaan media yang kreatif dan inovatif.

BAB II
LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Nama kegiatan ini adalah penggunaan rekaman bencana alam tsunami untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi. Menulis puisi berdasarkan pengalaman merupakan kompetensi dasar yang perlu dipahami oleh siswa kelas XI Program Bahasa SMAN 1 Liliriaja.
Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran menulis puisi selama ini selalu gagal karena kurangnya penggunaan media yang dapat merangsang minat belajar siswa. Bencana alam tsunami adalah suatu peristiwa yang sungguh memilukan sehingga rekaman bencana diyakini mampu menggugah daya cipta siswa untuk menulis puisi.
Rancangan kegiatan pembelajaran seharusnya dilakukan secara terprogram. Program pembelajaran meliputi penyusunan program, penyajian, dan penilaian. Secara rinci setiap kegiatan tersebut, dapat dipaparkan sebagai beerikut:
A. Penyusunan Program Pembelajaran
1. Penyusunan perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang disiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan alat penilaian. (Terlampir).
2. Penyediaan media pembelajaran
Media pelajaran yang disiapkan adalah rekaman VCD tsunami. VCD tsunami diedit berdasarkan kebutuhan pembelajaran. Yang dibutuhkan dalam pembelajaran di sini, adalah gambaran peristiwa tsunami secara utuh, mulai dari keadaan Aceh sebelum tsunami, ketika tsunami, dan setelah tsunami.
Setelah diedit maka VCD tsunami tersebut ditansper ke program pawer poin untuk dipersiapkan sebagai media pembelajaran. Media ini merupakan rekaman audio visual tsunami di Aceh. Melalui rekaman tsunami diharapkan siswa tergugah perasaannya sehingga mereka peka terhadap nilai: indrawi, akali, afektif, sosial, ataupun gabungan dari seluruhnya. Rekaman kepekaan itu, tergambat dari puisi yang diciptakannya.
3. Persiapan lembaran kegiatan siswa
Lembaran kegiatan siswa berisi petunjuk yang harus dilakukan, materi, dan alat evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dasar.
B. Penyajian
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Dalam apersepsi, guru mengajukan berbagai pertanyaan, antara lain:
1) Siapakah siswa yang pernah menulis puisi?
2) Siapakah siswa yang memiliki hobi menulis puisi?
3) Siapakah penyair yang Anda kenal?
4) Mengapa Anda menyenangi penyair tersebut?
5) Buku kumpulan puisi apa sajakah yang pernah Anda baca?
b. Motivasi
Guru menyampaiakan manfaat menulis puisi untuk masa depan siswa. Manfaat menulis puisi bagi siswa, antara lain:
Menulis puisi dapat dijadikan pekerjaan untuk persiapan masa depan. Menulis puisi dapat membuat seseorang terkenal seperti W.S. Rendra, Taufik Ismail, Chairil Anwar dan sebagainya. Menulis puisi dapat menjadi pemecahan persoalan dalam kehidupan ini. Menulis puisi dapat melatih diri menuju manusia yang menghargai dirinya, orang lain, bahkan Tuhannya.
c. Penyampaian Tujuan Pembelajaran
Kompetensi dasar: Siswa mampu menulis puisi berdasarkan pengamatan.
Indikator pencapaian: Dengan memperhatikan unsur lahir dan unsur batin puisi, maka:
1) Siswa dapat menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan/imajinasinya sebagai bahan dasar penciptaan puisi
2) Siswa dapat menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3) Siswa dapat menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4) Siswa dapat menjalin larik-larik ke dalam bait puisi.
5) Siswa dapat menjalin bait-bait ke dalam puisi yang utuh.
2. Kegiatan Inti
a. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dilakukan.
b. Tahap persiapan penciptaan
Tahap persiapan merupakan tahap pemunculan ide yang akan ditulis. Pada tahap ini siswa memerlukan situasi yang menunjang penghadiran inspirasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Guru menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang kondusif. Siswa dibebaskan dari ikatan, santai, akrab, tetapi bertanggung jawab dan produktif. Siswa digiring ke ruang belajar yang jauh dari gangguan siswa lain. Salah satu ruang belajar yang digunakan adalah laboratorium bahasa. Siswa memilih tempat sesuai keinginannya.
2) Rekaman Tsunami diputar untuk merangsang inspirasi/imajinasi. Siswa mengamati dengan saksama rekaman peristiwa tersebut.
c. Tahap inkubasi
Tahap pematangan dan pengolahan ide. Guru membimbing siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengajak siswa memusatkan pikiran dan perasaan pada ide yang muncul pada benaknya.
2) Siswa dilatih melihat ide tersebut dari berbagai sisi pandang dan mencari alternatif.
3) Untuk melatih kepekaan siswa, rekaman bencana tsunami Aceh dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebelum tsunami, ketika tsunami, dan setelah tsunami. Rekaman itu diperlihatkan dan dilengkapi petunjuk cara kerja siswa.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk mendiskusikan ide itu dengan temannya.
5) Siswa dapat menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan/imajinasinya sebagai bahan dasar penciptaan puisi

b. Tahap iluminasi
Tahap ini merupakan perenungan ide ke dalam bentuk puisi. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Rekaman tsunami tetap diperlihatkan.
2) Siswa dapat menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3) Siswa dapat menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4) Siswa dapat menjalin larik-larik ke dalam bait puisi.
c. Tahap verifikasi
Tahap ini sangat penting untuk memacu kemauan siswa menciptakan puisi. Kegiatan yang digunakan untuk membina mereka adalah:
1) Siswa saling menukar puisi masing-masing kemudian mereka diminta untuk saling memberikan kritik yang membangun.
2) Siswa menyempurnakan puisi berdasarkan kritikan temannya.
3) Siswa dikelompokkan sebanyak 5 kelompok yang masing-masing beranggota 4 orang. Setiap kelompok memilih satu puisi yang dianggap berkualitas.
4) Masing-masing kelompok menunjuk siswa membacakan puisi pilihannya.
5) Puisi pilihan masing-masing kelompok ditulis di papan tulis.
6) Siswa memilih puisi terbaik dalam kelas tersebut.
7) Guru meluruskan atau memberikan saran perbaikan yang dianggap perlu.
8) Guru memberikan penguatan.
d. Evaluasi
Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Siswa membuat puisi berdasarkan rekaman bencana tsunami. Pekerjaan siswa dinilai kemudian dikembalikan pada pertemuan berikutnya.
3. Kegiatan akhir
a. Simpulan
Pada akhir pembelajaran, guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Pemberian tugas
Guru memberikan tugas pada siswa membuat puisi dengan tema bebas sesuai minat siswa.
C. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
Aspek yang dinilai dalam penciptaan puisi adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Penilaian proses tergambar dalam nilai afektif sedangkan nilai hasil pembelajaran tergambar dalam dinilai kognitif dan psikomotor atau nilai kemampuan menulis puisi.
Khusus dalam penilaian puisi, ranah kognitif dan psikomotor disatukan. pengetahuan dan keterampilan siswa menulis puisi tergambar dari puisi ciptaannya. Sedangkan ranah afektif dapat dilihat ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Lembaran pengamatan sikap dan minat siswa terhadap materi pembelajaran di siapkan oleh guru.
Penilaian afektif dengan mengukur dua komponen, yaitu sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Guru menyiapkan lembaran pengamatan, dengan pokok-pokok sebagai berikut:
Apakah siswa antusias dalam pelajaran?
Apakah siswa aktif dalam diskusi?
Apakah ada gambaran bahwa siswa tersebut siap belajar?
Apakah siswa itu menghargai pendapat temannya?
Apakah tugasnya dikumpul tepat waktu?
Apakah buku catatannya rapi?
Apakah siswa itu mempunyai karya puisi dengan tema yang lain?
Apakah puisi itu diterbitkan pada media massa?
Apakah puisi-puisinya diperlihatkan pada teman untuk dikoreksi?
Apakah puisi-puisinya diperlihatkan pada guru untuk dikoreksi?
Jawaban didasarkan pada skala Likert dengan 5 skala: Sangat berminat, berminat, sama saja, kurang berminat, dan tidak berminat.
Instrumen setiap soal afektif diberi rentang skor 1 sampai 5. Klasifikasi nilai kualitatif dengan kriteria:
40 sampai 50 = A
30 sampai 39 = B
20 sampai 29 = C
10 sampai 19 = D
1 sampai 9 = E
Aspek yang dinilai untuk mengetahui kemampuan menulis puisi, meliputi: struktur fisik dan struktur batin puisi:
Struktur fisik:
a) diksi
b) pengimajinasian
c) kata konkret
d) majas (pelambangan dan kiasan)
e) bersifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum)
f) tipografi.
Struktur batin:
a) Tema
b) nilai rasa
c) nada atau sikap penyair terhadap pembaca
d) amanat
Rentang skor penilaian setiap aspek mulai dari 1 sampai 5. Jumlah skor terendah 10 dan maksimal 50. Nilai ditetapkan berdasarkan jumlah skor perolehan dibagi skor maksimal dikali 100.

BAB III
LAPORAN HASIL
A. Nilai Proses
Nilai proses yang dimaksudkan di sini adalah nilai afektif siswa ketika pembelajaran menulis puisi dilakukan. Aspek yang dinilai adalah: kesungguhan, keaktifan, kesiapan, kenghargai pendapat teman, ketepatan waktu dalam pengumlan tugas, kerapian catatan, banyak puisi yang diciptakan, adanya puisi di media massa, keterbukaan untuk dikoreksi karyanya, dan karya diperlihatkan pada guru.
Adapun gambaran nilai itu, sebagai berikut:
No. Nama Siswa Skor Nilai Kualitatif
Awal Akhir Awal Akhir
1 NILAWATI 28 35 B B
2 SUSILAWATI 29 36 C B
3 ANDI NUREVI 35 37 B B
4 IKA SARTIKA 32 41 B A
5 ANDI NURNANENGSIH 30 40 B A
6 RUSMILA MAURAGA 27 36 C B
7 SRI WAHYUNI FIRDAUS 26 35 C B
8 TARBIATI 25 39 C B
9 HERLINA 29 40 C A
10 SRI MULIARTIN 30 43 B A
11 HENRA 26 40 C A
12 ASMULIADI 27 37 C B
13 ISMAIL 28 39 C B
14 M.MUHAIMIN 28 38 C B
15 JAMALUDDIN 29 36 C B
16 A. RESKI WANDANI 26 39 C B
17 GUFRAN RUSAINI 31 45 B A
18 HARDYANSAH 30 47 B A
19 HERIADI MEKKA 31 48 B B
20 MUH. FITRA FADLI 31 49 B B
Jumlah 578 757
Rata-Rata 28,9 37,85 C B

Berdasarkan tabel di atas maka peningkatan nilai proses dari rata-rata 28,9 sampai 37,85 berarti 8,95 atau jika diwujudkan dalam nilai kualitatif yaitu dari rata-rata C ke B.
B. Nilai Hasil Belajar
Nilai hasil belajar menggambarkan taraf kemampuan siswa menulis puisi berdasarkan unsur fisik dengan skor maksimal 30 dan batin puisi dengan skor maksimal 20. Unsur fisik meliputi: diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas (pelambangan dan kiasan), bersifikasi meliputi rima dan ritma, dan tipografi. Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Diksi atau pilihan kata, misalnya kedukaan sebagai sumber citraan puisi. Pilihan kata yang tampak dalam puisi adalah: air mata, meringis, pedih, duka, luka, hati tergores dan sebagainya.
Berikut diksi yang dipilih siswa dalam puisinya:
Wahai, yang kuasa
Aku taktahan menahan duka
Seorang anak kecil meringis mencari ibunya
Beribu orang tenggelam dalam pencariannya (Ika Sartika)

Kesedihan ini terdengar sampai seluruh penjuru dunia
Luka ini menganga
Pedih ini tiada tandingannya. (Andi Nurevi)

Pengimajinasian meliputi meliputi pencitraan: citra visual, pendengaran, pengucapan, penciuman, kecapan, perasaan, perabaan, dan gerak.
Citra pengecapan dapat dilihat pada puisi berikut ini:
Di bibir pantai
Lidahku kelu
Suara hati nuraniku
Menyeringai (Andi Nurnanengsih)

Citra pendengaran dapat dilihat dalam puisi berikut ini:
Kesedihan ini terdengar sampai seluruh penjuru dunia
Luka ini menganga
Pedih ini tiada tandingannya. (Andi Nurevi)

Citra perasaan dapat dilihat dalam puisi berikut:
Beribu kata duka
Tak sanggup mewakili pedih perih
Hatimu. (Nilawati)

Kata konkret adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imajinasi pembaca. Contoh: gadis kecil berkaleng kecil lebih konkret daripada gadis peminta-minta.
Kata konkret tergambar dalam puisi siswa, berikut ini:
Aku taktahan menahan duka, (Ika Sartika)
Air mata terasa panas di pipi, (Ika Sartika)
Luka menganga tertancap di dada, (Andi Nurnanengsih)
lebih konkret daripada aku bersedih/berduka.

Majas atau gaya bahasa merupakan salah satu hal penting dalam puisi untuk memperdalam kandungan makna puisi tersebut. Contoh majas dalam puisi siswa.

Di sini kubelajar memetik makna kehidupan yang Kau titip padaku. (metafora).
Mereka yang buta
Bukakan pintu hatinya
Agar mereka tahu
Makna perlindungan-Mu.


Kesedihan ini terdengar sampai seluruh penjuru dunia (hiperbola)
Laut melemparkan gelombangnya
Menutup kotamu
Mengapungkan harta benda
Membunuh beratus ribu nyawa


Di bibir pantai lidahku kelu (personifikasi)
Suara hati nuraniku menyeringai
Minggu pagi, gelombang mengamuk
Menghantam badan bumi
Menghapus kehidupan manusia

Aceh, kukenal deritamu (personifikasi)
Denyut jantungku adalah denyutmu
Tangismu adalah pedihku (personifikasi)
Kuharap engkau mengerti cobaan ini,
Hikmah dibalik deritamu

Belum kering luka
Menganga lagi duka di tanahmu
Air mengamuk
Air mata bercucuran

Persajakan atau rima dalam puisi siswa meliputi pola rima a a a a, ab ab, aa bb dan ab ba.
Rima a a a a, tampak pada bait puisi siswa, berikut ini:

Wahai, yang kuasa
Aku taktahan menahan duka
Seorang anak kecil meringis mencari ibunya
Beribu orang tenggelam dalam pencariannya (Ika Sartika)
Rima a b a b, tampak pada puisi berikut ini:
Mari bertobat, bersyukur, sambil menyeka air mata
Mengering di pipi.
Luka menganga tertancap di dada
Kita masih bertanya apa artinya ini. (Andi Nurnanengsih).
Rima aa bb, terdapat pada puisi berikut ini:
Biar beribu bait puisi
Tak mampu mewakili duka hati
Biar air itu mengisi tinta
Tak mampu kutulis pedih air mata (Susilawati)

Tsunami, adalah kuasa Ilahi
Lihatlah gelombang tinggi
Memukul manusia
Harta benda sirna seketika (Susilawati)

Rima a b b a, terdapat dalam puisi berikut ini:
Di bibir pantai
Lidahku kelu
Suara hati nuraniku
Menyeringai (Andi Nurnanengsih)

Kalian adalah suhada
Tuhan menghapus dosamu dengan air laut gemuruh
Kita mesti tabah
Meski kering air mata (Sri Wahtuni F,)

Tipografi puisi siswa tidak ada yang aneh, semuanya mengikuti puisi kompensional. Setiap bait puisi dibangun atas 3 sampai 5 larik. Jumlah larik tidak merata untuk seluruh puisi. Jadi, puisi siswa cenderung tidak diikat oleh jumlah larik dalam bait. Puisi ini mirip puisi modern yang lebih bebas.
Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Tema puisi pada umumnya dinyatakan penyair secara tersirat. Meskipun puisi membicarakan banyak hal, semua hal itu menuju pada inti permasalahan, atau memperkuat pokok masalah. Tema puisi siswa pada umumnya turut berduka atas musibah Tsunami yang menimpa Aceh.
Nilai rasa yang diungkapkan siswa meliputi simpatik terhadap manusia lain yang turut membantu. Siswa turut merasakan atas duka yang menimpa Aceh.
Nada puisi adalah gaya pengungkapan yang menggambarkan sikap, pandangan, gagasan, atau suasana hati seperti yang terlihat dalam bahasa yang digunakannya. Sikap siswa terhadap bencana alam Tsunami terekam dalam bait puisi berikut:
Aku tak tahu apa tujuan kau tumpahkan air mata di Serambi Mekah
Kumencari hikmah pertunjukan-Mu
Kurasa tiada daya menganti puing duka dengan seteguk cinta
Di sini kubelajar memetik makna kehidupan yang Kau titip padaku. (Ika Sartika)

Kesedihan ini terdengar sampai seluruh penjuru dunia
Luka ini menganga
Pedih ini tiada tandingannya. (Andi Nurevi)

Di darat air mataku kering
Menatap mayat menggelepar tak berkafan
Satu lubang menganga untuk kuburan mereka
Di sini manusia dipermainkan
Dicampakkan
Nyawa murah (Andi Nurnanengsih)

Aceh, kukenal deritamu
Denyut jantungku adalah denyutmu
Tangismu adalah pedihku
Kuharap engkau mengerti cobaan ini,
Hikmah dibalik deritamu
Mengukir sejarah yang tak pernah mati. (Rusmila)

Pada mayat bergelimpangan
Kumencari makna kematian
Kumenyaksikan kepiluan. (Nilawati)

Kalian adalah suhada
Tuhan menghapus dosamu dengan air laut gemuruh
Kita mesti tabah
Meski kering air mata (Sri Wahyuni)

Maut mengintai lewat di balik gelombang
Secepat kilat menyambar ratusan ribu nyawa
Tak kuasa kumenolak derita
Tergoreng takdir tak terhindar (Tarbiati)

Tsunami mengajari kita
Betapa indahnya persudaraan
Persatuan, kekeluargaan, dan cinta
Ketika hilang semua
Baru kita mengerti itu. (Ismail)

Tsunami, adalah kuasa Ilahi
Lihatlah gelombang tinggi
Memukul manusia
Harta benda sirna seketika. (Susilawati)

Tuhan, kemanakah aku akan pergi
Tiada sanak keluarga
Orang yang datang tak kukenal
Mereka membawa bantuan
Tapi apa dia tidak mengharapkan sesuatu
Seperti manusia pada umumnya. (Asmuliadi)

Puisi mengandung pikiran-pikiran berharga yang dapat direnungkan sehingga menggungkapkan amanah. Amanah atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Amanah yang terdapat dalam puisi siswa, sebagai berikut:
1. Kita patut mengerti bahwa setiap cobaan ada hikmanya.(Rusmila Mauraga).
2. Semuanya duka kita serahkan pada Tuhan. (Andi Nurevi)
3. Semoga bantuan dari orang, tidak mengharapkan imbalan. (Asmuliadi)
4. Kita tidak mampu menolak takdir Tuhan. (Tarbiati).
5. Kita mesti tabah menghadapi bencana, Tuhan menghapus dosa kita. (Sri Wahyuni F.)
6. Melalui bencana kita dapat memetik makna kehidupan. (Ika Sartika).
7. Dengan menyaksikan kepiluan kita menemukan makna kematian. (Nilawati).
8. Tsunami mengajari kita betapa indahnya persaudaraan. (Ismail).
9. Sepatutnya kita bercermin pada setiap bencana yang menimpa. (Andi Nurnanengsih).
10. Tsunami adalah kuasa Ilahi. (Susilawati).
Nilai hasil belajar menulis puisi dengan mempertimbangkan unsur lahir dan batin puisi, tergambar pada tabel berikut ini:
No. Nama Siswa Skor Nilai
Awal Akhir Awal Akhir
1 NILAWATI 30 41 60 82
2 SUSILAWATI 32 40 64 80
3 ANDI NUREVI 33 45 66 90
4 IKA SARTIKA 38 46 76 92
5 ANDI NURNANENGSIH 37 43 74 86
6 RUSMILA MAURAGA 32 42 64 84
7 SRI WAHYUNI FIRDAUS 31 41 62 82
8 TARBIATI 32 41 64 82
9 HERLINA 31 40 62 80
10 SRI MULIARTIN 31 39 62 78
11 HENRA 30 39 60 78
12 ASMULIADI 32 40 64 80
13 ISMAIL 31 41 62 82
14 M.MUHAIMIN 33 39 66 78
15 JAMALUDDIN 32 38 64 76
16 A. RESKI WANDANI 33 36 66 72
17 GUFRAN RUSAINI 30 40 60 80
18 HARDYANSAH 31 35 62 70
19 HERIADI MEKKA 33 39 66 76
20 MUH. FITRA FADLI 30 37 60 74
Jumlah 1.284 1.602
Rata-Rata 64,2 80,1
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata pada tes awal 64,2 sedangkan nilai akhir 80,1. Hal ini berarti rekaman bencana alam Tsunami dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi.


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan urai tersebut dapat disimpulkan bahwa rancangan pembelajaran yang meliputi: Penyusunan Program Pembelajaran, Penyajian, Penilaian Proses Hasil Pembelajaran.
1. Penyusunan program pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah: Penyusunan perangkat pembelajaran, penyediaan media pembelajaran, dan penyiapan lembaran kerja siswa.
2. Cara penyajian pembelajaran yang dilakukan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal mencakup: apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan. Kegiatan inti mencakup: Tes awal, persiapan penciptaan, inkubasi, iluminasi, dan perivikasi. Kegiatan akhir mencakup: simpulan dan pemberian tugas.
3. Penilaian puisi meliputi: ranah kognitif dan psikomotor disatukan. pengetahuan dan keterampilan siswa menulis puisi tergambar dari puisi ciptaannya. Sedangkan ranah afektif dapat dilihat ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Lembaran pengamatan sikap dan minat siswa terhadap materi pembelajaran di siapkan oleh guru.
4. Nilai ranah kognitif dan psikomotor pada tes awal dengan rata-rata 64,2 sedang setelah pembelajaran atau nilai akhir dengan rata-rata 80,1. Nilai proses atau ranah afektif pada tes awal dengan rata-rata 28,9 dengan kriteria C dan tes akhir dengan rata-rata 37,85 dengan kriteria B. Hal ini berarti rekaman bencana alam Tsunami dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI Program Bahasa dalam menulis puisi
B. Saran
1. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru sebaiknya menyusun perangkat pembelajaran agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan yang diinginkan.
2. Setiap kegiatan pembelajaran dibagi atas tiga bagian yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir. Guru seyogianya merancang setiap pembelajaran dengan tiga kegiatan tersebut.
3. Sesuai kurikulum yang berlaku maka setiap pembelajaran seharusnya diukur berdasarkan tiga ranah, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Guru harus menyiapkan blanko penilaian setiap ranah tersebut.
4. Untuk meningkat keterampilan menulis puisi sebaiknya menggunakan media audio visual untuk memancing imajinasi siswa.

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Budinuryanta. 1999. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Pengembangan Kemampuan Menulis Sastra. Jakarata: Dirjen Dikdasmen

-------2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Dirjen Dikmenum.
------- 2004. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Dikmenum.

------- 2002. Pembelajaran dan Penilaian Rumpun Bahasa dan Seni. Dirjen Dikmenum.

Djoko Pradopo, Rachmat. 1998. Puisi. Jakarta: Depdikbud.
Esten, Mursal. 1992. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa.
Nauman, Indra Jaya. 2000. Penuntun Mengenali, Memahami, dan, Menghargai Puisi. Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Supraptiningsih. 2005. Apresiasi Sastra Bahan Ajar Diklat Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Depdiknas.

Wardani, I.G.A.K. 1991. Pengajaran Sastra. Jakarta: Depdikbud.




Lampiran:
SILABUS

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Liliriaja Kab. Soppeng
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI Program Bahasa
Semester : 1
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama.

Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/Alat
Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan. Menulis Puisi 1. Menonton rekaman bencana alam Tsunami
2. Persiapan penciptaan.
3. Tahap inkubasi
4. Tahap Iluminasi
5. Tahap perivikasi
6. Evaluasi
1. Kata-kata/diksi yang mewakili perasaan sebagai bahan dasar penciptaan puisi
2. Jalinan kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3. Jalinan kata-kata ke dalam larik puisi.
4. Jalinan larik-larik ke dalam bait puisi. Afektif
Melalui pengamatan.
Kognitif/ Psikomotorik

Tugas Individu/kelompok
Tugas Individu 4 X 45 menit Rekaman Bencana Alam Tsunami dalam VCD

Mengetahui Guru Bahasa Indonesia
Kepala SMAN 1 Liliriaja

Drs. UDIL HAMZAH Drs. ANDI BUDIARMAN
NIP 131414393 NIP 132006713


RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI Program Bahasa/ 1
Pertemuan ke- :
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama.
Kompetensi Dasar : Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan.
Indikator :
1. Siswa menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan sebagai bahan dasar penciptaan puisi
2. Siswa menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3. Siswa menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4. Siswa menjalin larik-larik ke dalam bait puisi dengan memperhatikan unsur-unsur puisi secara utuh.
I. Tujuan Pembelajaran:
Dengan mengamati rekaman bencana tsunami, siswa dapat menulis puisi yang memuat unsur lahir dan batin puisi.
II. Materi Pelajaran
A. Unsur-Unsur Puisi
Unsur fisik meliputi: diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas (pelambangan dan kiasan), bersifikasi meliputi rima dan ritma, dan tipografi. Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Diksi atau pilihan kata, misalnya kedukaan sebagai sumber citraan puisi. Pilihan kata yang tampak dalam puisi adalah: air mata, meringis, pedih, duka, luka, hati tergores dan sebagainya.
Pengimajinasian meliputi meliputi pencitraan: citra visual, pendengaran, pengucapan, penciuman, kecapan, perasaan, perabaan, dan gerak.
Kata konkret adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imajinasi pembaca. Contoh: gadis kecil berkaleng kecil lebih konkret daripada gadis peminta-minta.
Majas atau gaya bahasa merupakan salah satu hal penting dalam puisi untuk memperdalam kandungan makna puisi tersebut.

Persajakan atau rima dalam puisi siswa meliputi pola rima a a a a, ab ab, aa bb dan ab ba.
Tipografi puisi siswa tidak ada yang aneh, semuanya mengikuti puisi kompensional. Setiap bait puisi dibangun atas 3 sampai 5 larik. Jumlah larik tidak merata untuk seluruh puisi. Jadi, puisi siswa cenderung tidak diikat oleh jumlah larik dalam bait. Puisi ini mirip puisi modern yang lebih bebas.
Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Tema puisi pada umumnya dinyatakan penyair secara tersirat. Meskipun puisi membicarakan banyak hal, semua hal itu menuju pada inti permasalahan, atau memperkuat pokok masalah.
Nilai rasa yang diungkapkan siswa meliputi simpatik terhadap manusia lain yang turut membantu. Siswa turut merasakan atas duka yang menimpa Aceh.
Nada puisi adalah gaya pengungkapan yang menggambarkan sikap, pandangan, gagasan, atau suasana hati seperti yang terlihat dalam bahasa yang digunakannya.
Puisi mengandung pikiran-pikiran berharga yang dapat direnungkan sehingga menggungkapkan amanat. Amanat atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan
B. Penulisan Puisi
Pengalaman seseorang baik dalam bentuk sesuatu yang dilihat, dirasakan, maupun dalam bentuk lain dapat dijelmakan menjadi suatu bentuk yang bermakna bagi umat manusia, manusia memiliki kesadaran eksistensial. Suatu bentuk bermakna bagi manusia itu di antaranya adalah bentuk puisi.
Menulis puisi merupakan sesuatu kegiatan seorang intelektual yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar mengusai bahasa, harus luas wawasannya, dan peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi agar puisi-puisi yang ditulis itu berkualitas.
Kualitas puisi ditentukan oleh keterpaduan unsur-unsur yang membangunnya baik unsur lahir maupun batin.
III. Metode Pembelajaran: Inkuiri dan diskusi
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran:
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
Dalam apersepsi, guru mengajukan berbagai pertanyaan, antara lain:
6) Siapakah siswa yang pernah menulis puisi?
7) Siapakah siswa yang memiliki hobi menulis puisi?
8) Siapakah penyair yang Anda kenal?
9) Mengapa Anda menyenangi penyair tersebut?
10) Buku kumpulan puisi apa sajakah yang pernah Anda baca?
b. Motivasi
Guru menyampaiakan manfaat menulis puisi untuk masa depan siswa. Manfaat menulis puisi bagi siswa, antara lain:
Menulis puisi dapat dijadikan pekerjaan untuk persiapan masa depan. Menulis puisi dapat membuat seseorang terkenal seperti W.S. Rendra, Taufik Ismail, Chairil Anwar dan sebagainya. Menulis puisi dapat menjadi pemecahan persoalan dalam kehidupan ini. Menulis puisi dapat melatih diri menuju manusia yang menghargai dirinya, orang lain, bahkan Tuhannya.
c. Penyampaian Tujuan Pembelajaran
Kompetensi dasar: Siswa mampu menulis puisi berdasarkan pengamatan.
Indikator pencapaian: Dengan memperhatikan unsur lahir dan unsur batin puisi, maka:
1) Siswa dapat menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan/imajinasinya sebagai bahan dasar penciptaan puisi
2) Siswa dapat menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3) Siswa dapat menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4) Siswa dapat menjalin larik-larik ke dalam bait puisi.
5) Siswa dapat menjalin bait-bait ke dalam puisi yang utuh.

2. Kegiatan Inti
a. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran dilakukan.
b. Tahap persiapan penciptaan
Tahap persiapan merupakan tahap pemunculan ide yang akan ditulis. Pada tahap ini siswa memerlukan situasi yang menunjang penghadiran inspirasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
3) Guru menciptakan suasana kegiatan belajar-mengajar yang kondusif. Siswa dibebaskan dari ikatan, santai, akrab, tetapi bertanggung jawab dan produktif. Siswa digiring ke ruang belajar yang jauh dari gangguan siswa lain. Salah satu ruang belajar yang digunakan adalah laboratorium bahasa. Siswa memilih tempat sesuai keinginannya.
4) Rekaman Tsunami diputar untuk merangsang inspirasi/imajinasi. Siswa mengamati dengan saksama rekaman peristiwa tersebut.
d. Tahap inkubasi
Tahap pematangan dan pengolahan ide. Guru membimbing siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengajak siswa memusatkan pikiran dan perasaan pada ide yang muncul pada benaknya.
2) Siswa dilatih melihat ide tersebut dari berbagai sisi pandang dan mencari alternatif.
3) Untuk melatih kepekaan siswa, rekaman bencana tsunami Aceh dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebelum tsunami, ketika tsunami, dan setelah tsunami. Rekaman itu diperlihatkan dan dilengkapi petunjuk cara kerja siswa.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk mendiskusikan ide itu dengan temannya.
5) Siswa dapat menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan/imajinasinya sebagai bahan dasar penciptaan puisi
e. Tahap iluminasi
Tahap ini merupakan perenungan ide ke dalam bentuk puisi. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Rekaman tsunami tetap diperlihatkan.
2) Siswa dapat menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3) Siswa dapat menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4) Siswa dapat menjalin larik-larik ke dalam bait puisi.
f. Tahap verifikasi
Tahap ini sangat penting untuk memacu kemauan siswa menciptakan puisi. Kegiatan yang digunakan untuk membina mereka adalah:
1) Siswa saling menukar puisi masing-masing kemudian mereka diminta untuk saling memberikan kritik yang membangun.
2) Siswa menyempurnakan puisi berdasarkan kritikan temannya.
3) Siswa dikelompokkan sebanyak 5 kelompok yang masing-masing beranggota 4 orang. Setiap kelompok memilih satu puisi yang dianggap berkualitas.
4) Masing-masing kelompok menunjuk siswa membacakan puisi pilihannya.
5) Puisi pilihan masing-masing kelompok ditulis di papan tulis.
6) Siswa memilih puisi terbaik dalam kelas tersebut.
7) Guru meluruskan atau memberikan saran perbaikan yang dianggap perlu.
8) Guru memberikan penguatan.
g. Evaluasi
Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Siswa membuat puisi berdasarkan rekaman bencana tsunami. Pekerjaan siswa dinilai kemudian dikembalikan pada pertemuan berikutnya.
3. Kegiatan akhir
a. Simpulan
Pada akhir pembelajaran, guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Pemberian tugas
Guru memberikan tugas pada siswa membuat puisi dengan tema bebas sesuai minat siswa.
V. Alat/Bahan/Sumber:
Alat : Rekaman VCD Tsunami
Bahan : Unsur-Unsur Puisi dan Teknik Menulis Puisi
Sumber : Djoko Pradopo, Rachmat. 1998. Puisi. Jakarta: Depdikbud.
Esten, Mursal. 1992. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa.
Nauman, Indra Jaya. 2000. Penuntun Mengenali, Memahami, dan, Menghargai Puisi. Jakarta: Adicita Karya Nusa.
Supraptiningsih. 2005. Apresiasi Sastra Bahan Ajar Diklat Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Depdiknas.
Wardani, I.G.A.K. 1991. Pengajaran Sastra. Jakarta: Depdikbud.
VI. Penilaian:
a. Tes essay:
Soal: Buatlah puisi dengan memuat unsur lahir dan batin puisi berdasarkan pengamatan Anda terhadap bencana tsunami.
b. Alat penilaian afektif

LEBARAN KEGIATAN SISWA


Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama.
Kompetensi Dasar : Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan.
Indikator :
1. Siswa menulis kata-kata/diksi yang mewakili perasaan sebagai bahan dasar penciptaan puisi
2. Siswa menjalin kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik.
3. Siswa menjalin kata-kata ke dalam larik puisi.
4. Siswa menjalin larik-larik ke dalam bait puisi dengan memperhatikan unsur-unsur puisi secara utuh.
I. Tujuan Pembelajaran:
Dengan mengamati rekaman bencana tsunami, siswa dapat menulis puisi yang memuat unsur lahir dan batin puisi.
II. Petunjuk Kegiatan
1. Pahami materi pelajaran tentang cara menulis puisi!
2. Amati dengan saksama rekaman bencana alam tsunami!
3. Kerjakan soal yang telah disediakan!
III. Materi Pelajaran
A. Unsur-Unsur Puisi
Unsur fisik meliputi: diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas (pelambangan dan kiasan), bersifikasi meliputi rima dan ritma, dan tipografi. Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Diksi atau pilihan kata, misalnya kedukaan sebagai sumber citraan puisi. Pilihan kata yang tampak dalam puisi adalah: air mata, meringis, pedih, duka, luka, hati tergores dan sebagainya yang mewakili kesedihan.
Pengimajinasian meliputi meliputi pencitraan: citra visual, pendengaran, pengucapan, penciuman, kecapan, perasaan, perabaan, dan gerak.
Kata konkret adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imajinasi pembaca. Contoh: gadis kecil berkaleng kecil lebih konkret daripada gadis peminta-minta.
Majas atau gaya bahasa merupakan salah satu hal penting dalam puisi untuk memperdalam kandungan makna puisi tersebut.

Persajakan atau rima dalam puisi siswa meliputi pola rima a a a a, ab ab, aa bb dan ab ba.
Tipografi puisi siswa tidak ada yang aneh, semuanya mengikuti puisi kompensional. Setiap bait puisi dibangun atas 3 sampai 5 larik. Jumlah larik tidak merata untuk seluruh puisi. Jadi, puisi siswa cenderung tidak diikat oleh jumlah larik dalam bait. Puisi ini mirip puisi modern yang lebih bebas.
Unsur batin puisi meliputi: Tema, nilai rasa, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
Tema puisi pada umumnya dinyatakan penyair secara tersirat. Meskipun puisi membicarakan banyak hal, semua hal itu menuju pada inti permasalahan, atau memperkuat pokok masalah.
Nilai rasa yang diungkapkan siswa meliputi simpatik terhadap manusia lain yang turut membantu. Siswa turut merasakan atas duka yang menimpa Aceh.
Nada puisi adalah gaya pengungkapan yang menggambarkan sikap, pandangan, gagasan, atau suasana hati seperti yang terlihat dalam bahasa yang digunakannya.
Puisi mengandung pikiran-pikiran berharga yang dapat direnungkan sehingga menggungkapkan amanat. Amanat atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan
B. Penulisan Puisi
Pengalaman seseorang baik dalam bentuk sesuatu yang dilihat, dirasakan, maupun dalam bentuk lain dapat dijelmakan menjadi suatu bentuk yang bermakna bagi umat manusia, manusia memiliki kesadaran eksistensial. Suatu bentuk bermakna bagi manusia itu di antaranya adalah bentuk puisi.
Menulis puisi merupakan sesuatu kegiatan seorang intelektual yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, harus benar-benar mengusai bahasa, harus luas wawasannya, dan peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi agar puisi-puisi yang ditulis itu berkualitas.
Kualitas puisi ditentukan oleh keterpaduan unsur-unsur yang membangunnya baik unsur lahir maupun batin.
IV. Tes

1. Tulislah kata-kata/diksi yang mewakili perasaan sebagai bahan dasar penciptaan puisi!
2. Jalinlah kata-kata tersebut menjadi kata bernuansa puitik!
3. Jalinlah kata-kata ke dalam larik puisi!
4. Jalin larik-larik ke dalam bait puisi dengan memperhatikan unsur-unsur puisi secara utuh!
V. Aspek Penilaian Puisi
Lembaran Pengamatan
Nama :
Kelas/Semester :
Tanggal :

No. Aspek pengmatan 1 2 3 4 5 Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kesungguhan
Keaktifan
Kesiapan
Kenghargai pendapat teman
Ketepatan waktu dalam pengumlan tugas
Kerapian catatan
Banyak puisi yang diciptakan
Adanya puisi di media massa.
Keterbukaan untuk dikoreksi karyanya.
Karya diperlihatkan pada guru

Petunjuk penilaian/skor:
Jawaban didasarkan pada skala Likert dengan 5 skala:
5 = Sangat berminat,
4 = berminat,
3 = sama saja,
2 = kurang berminat,
1 = tidak berminat.

Kriteria nilai:
40 sampai 50 = A
30 sampai 39 = B
20 sampai 29 = C
10 sampai 19 = D
1 sampai 9 = E

Aspek Penilaian Puisi
Nama :
Kelas/Semester :
Tanggal :

No. Butir Penilaian 1 2 3 4 5 Skor
1. Diksi v
2. Pengimajinasian v
3. Kata Konkret
4. Majas
5. Bersifikasi
6. Tipografi
7. Tema
8. Nilai Rasa
9 Nada
10. Amanat

Petunjuk penilaian:
1 = sangat kurang
2 = kurang/sedikit
3 = sedang/ada
4 = baik/banyak
5 = amat baik/banyak sekali

Penentuan nilai= skor perolehan X 100 = Nilai
Skor maksimal

Tsunami Aceh (1)


Sabtu, dunia tenang, damai, tiada riak hanya riuh gembira
Minggu 26 Desember 2004, tsunami datang mengaduk kebahagianmu
Menghacurkan sorga ciptaan manusia
Rumah para kiyai, orang kaya, dan orang miskin terapung

Manusia bagai cecak disiram air panas
Berhamburan bangkai berbaur sampah
Air mata terasa panas di pipi
Meringgis pedih jeritan luka di dada

Wahai, yang kuasa
Aku taktahan menahan duka
Seorang anak kecil meringis mencari ibunya
Beribu orang tenggelam dalam pencariannya

Aku tak tahu apa tujuan kau tumpahkan air mata di Serambi Mekah
Kumencari hikmah pertunjukan-Mu
Kurasa tiada daya menganti puing duka dengan seteguk cinta
Di sini kubelajar memetik makna kehidupan yang Kau titip padaku.

Sumbangan pun mengalir, amal telah kauciptakan
Membayar duka
Setitikpun tak setimpal bahagia Kau anugrahkan padaku
Tapi kami tak menghayati rasa syukur itu

Aku bersujud di antara bangkai, puing-puing,
kerinduan seorang anak pada ibu di kabut pencahariannya.
Allahu Akbar!

Air Bah Tumpah di Aceh (2)


Kukira air itu menyimpan keindahan lewat riak, desir angin,
keindahan gelombang
Kukira tidak mungkin gedung, rumah mewah, dapat diloncati gelombang
Kukira orang tidur di lantai dua rumahnya tak akan dibangunkan oleh luapan air bah
Takterkira perahu lautan meluncur bagai kilat terlempar jauh dari lautan.

Air tumpah seketika
Mengaduk-aduk kehidupan manusia
Ada berteriak dalam cekikan air
Bunyi gemuruh tiba menenggelamkan suara merontah

Air surut
Bangkai bertebaran bercampur sampah
Harta sirna disapu gelombang
Duka tiada bahasa mampu membahasakannya

Kesedihan ini terdengar sampai seluruh penjuru dunia
Luka ini menganga
Pedih ini tiada tandingannya.

Kemanakah kita berharap
Untuk membayar duka
Jika bukan pada-Mu


Aku takbisa berkata-kata (3)

Ketika kulihat di layar kaca
Mayat bertumpuk bagai ikan teri telanjang basah
Gedung, rumah, toko, sejinis harta rata tanah
Para ibu mencari anaknya
Beratus ribu nyawa sirna seketika

Di bibir pantai
Lidahku kelu
Suara hati nuraniku
Menyeringai

Di darat air mataku kering
Menatap mayat menggelepar tak berkafan
Satu lubang menganga untuk kuburan mereka
Di sini manusia dipermainkan
Dicampakkan
Nyawa murah

Hai, manusia buka matamu
Bercerminlah lewat kaca bencana
Matilah sebelum hidup dicabut
Tuhan bersinggah sana
Memberimu teka-teki hidup
Kini terjawab

Mari bertobat, bersyukur, sambil menyeka air mata
Mengering di pipi.
Luka menganga tertancap di dada
Kita masih bertanya apa artinya ini.

Aceh kukenal deritamu (4)

Aceh kukenal, Serambi Mekah
Aku kagum padanya
Produksi ganja, kukecewa dibuatnya
Merindu merdeka, kukhawatir untuknya

Kini menyayat hati
Minggu pagi, gelombang mengamuk
Menghantam badan bumi
Menghapus kehidupan manusia
Memisahkan kisah manis jadi ringis pilu

Tiada pekik kemerdekaan
Suara tangis menggelegar
Meminta Tuhan membalikkan kehendaknya

Mayat bertebaran di jalan-jalan
di tepi laut bersusun membusuk
duka luka takdapat diobati seketika
Anak kehilangan bunda
Bunda kehilangan sanak saudara

Aceh, kukenal deritamu
Denyut jantungku adalah denyutmu
Tangismu adalah pedihku
Kuharap engkau mengerti cobaan ini,
Hikmah dibalik deritamu
Mengukir sejarah yang tak pernah mati.

Tak ada duka melebihi dukamu (5)


Beribu kata duka
Tak sanggup mewakili pedih perih
Hatimu

Belum kering luka
Menganga lagi duka di tanahmu
Air mengamuk
Air mata bercucuran

Tak ada duka melebihi dukamu
Laut melemparkan gelombangnya
Menutup kotamu
Mengapungkan harta benda
Membunuh beratus ribu nyawa

Pada mayat bergelimpangan
Kumencari makna kematian
Kumenyaksikan kepiluan

Oh, semoga ketabahan
Sedalam laut kau punya.

Rintihan bersamamu, Aceh (6)

Bersabarlah kawan,
Aku hanya mampu menggenggam mulut
Debaran jantungku bercamuk
Air mataku mengalir
Rintahan jeritaku memilukan hati

Dimanakah engkau berteduh
Rumahmu, hartamu, nyawa sanak keluargamu
Dikurung gelombang
Dihempas hingga mayatmu
Berhamburan

Kalian adalah suhada
Tuhan menghapus dosamu dengan air laut gemuruh
Kita mesti tabah
Meski kering air mata

Tuhan, ampuni mereka
Yang tidak kuasa mengartikan bencana
Mereka yang buta
Bukakan pintu hatinya
Agar mereka tahu
Makna perlindungan-Mu.

Rintihanku bersamamu, Aceh.


Aceh, nisan tak bernama (7)

Setitik airpun tak kuasa kuciptakan
Engkau mengaduk lautan
Menghantam hidupku yang terluka

Anak menangis tiba terapung lagi jadi bangkai
Ibu meraung-raung menggapai anak lepas dari tangannya
Tiba-tiba jadi mayat membusuk
Tangannya menggapai-gapai
Mulutnya menganga seolah berteriak, “anakku engkau dimana?”

Hari Minggu berlumuran duka
Menyisakan siksa
Memahat pahit luka
Manusia telanjang membusuk rasa

Maut mengintai lewat di balik gelombang
Secepat kilat menyambar ratusan ribu nyawa
Tak kuasa kumenolak derita
Tergoreng takdir tak terhindar

Kemanakah kita
Berlindung
Hujan duka
Menimpa negeriku

Aceh, kuberkubur dengan nisan tak bernama.

Minggu 26 penuh duka (8)

Sekejap mata sirnalah hidup
Musnalah harta benda
Manusia terapung melawan gelombang
Menjerit tak kuasa mempertahankan nyawa

Tiada tersisa kecuali luka duka
Tangis pilu
Merajuk kembali hidup teracak
Orang tua meninggalkan anak
Anaka meninggalkan orang tua
Istri meninggalkan suami
Suami meninggalkan istri

Tsunami mengajari kita
Betapa indahnya persudaraan
Persatuan, kekeluargaan, dan cinta
Ketika hilang semua
Baru kita mengerti itu.

Wahai saudaraku
Jangan lagi kau memisahkan diri
Berhentilah bertikai
Mari membangun cinta damai

Luka kita yang menganga
Butuh kasih sayang sesama.

Tsunami (9)

Biar beribu bait puisi
Tak mampu mewakili duka hati
Biar air itu mengisi tinta
Tak mampu kutulis pedih air mata

Tsunami, adalah kuasa Ilahi
Lihatlah gelombang tinggi
Memukul manusia
Harta benda sirna seketika

Dimana lagi kita akan menari
Jika susunan bangkai berserakan
Rumah tinggal puing porak poranda
Hanya luka di dada
Tiada berseri
Tiada duka melebihi luka ini

Tragedi ini menjadi cerita panjang
Seperti cerita GAM yang ingin merdeka
Seperti cerita pembantaian tentara
Atas perintah penguasa

Mari bersujud
Mencari jawab teka-teki bencana
Sambil mengusap muka penuh darah.

Ibuku, dimana kumencarimum(10)

Kemanakah kumencari
Setetes cinta
Jika bangkaimu pun tak kudapti
Kemana mengobati luka
Para dokter dan rumah sakit rata dengan tanah

Bergetar sukmaku
Melihat bangkai mengapung membusuk
Rumah kita hanya tanah kosong beratap langit

Tuhan, kemanakah aku akan pergi
Tiada sanak keluarga
Orang yang datang tak kukenal
Mereka membawa bantuan
Tapi apa dia tidak mengharapkan sesuatu
Seperti manusia pada umumnya.

Ibuku, cintai tak dapat kini
Seseorang menawari menjadi ibu
Pedih lukaku
Tak menjawab
Aku harus mencarimu

Bio Data
Peserta Lomba Inovasi Pembelajaran Guru LPMP
Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006

1 N a m a Drs. ANDI BUDIARMAN
2 NIP 132006713
3 Jabatan Guru Pembina
4 Pangkat/gol. Ruang Pembina/ IV/a
5 Tempat dan tanggal lahir Soppeng, 31 Desember 1968
6 Jenis Kelamin Laki-laki
7 Agama Islam
8 Mata Pelajaran yang diajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia
9 Masa kerja guru 14 tahun 6 bulan
10 Judul karya Tulis Penggunaan Rekaman Bencana Alam Tsunami untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Puisi pada Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng
11 Pendidikan terakhir S1 IKIP Ujung Pandang
12 Fakultas/Jurusan FPBS/Bahasa dan Sastra Indonesia
13 Status perkawinan Kawin
14 Sekolah a. SMA Negeri 1 Liliriaja
b. Jalan H. A. Mahmud 69 Cangadi
c. Kelurahan Appanang
d. Kecamatan Liliriaja
e. Kabupaten Soppeng
f. Propinsi Sulawesi Selatan
g. Telepon 0484-421225
15 Alamat rumah a. Jalan H. A. Mahmud 69 Cangadi
b. Kelurahan Appanang
c. Kecamatan Liliriaja
d. Kabupaten Soppeng
e. Propinsi Sulawesi Selatan
f. HP 0815240487695
Cangadi, 10 Oktober
Peserta Lomba,

Drs. Andi Budiarman
NIP 132006713

PENGGUNAAN REKAMAN BENCANA ALAM TSUNAMI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS XI PROGRAM BAHASA SMA NEGERI 1 LILIRIAJA KABUPATEN SOPPENG



Karya Tulis
Diajukan dalam Lomba Inovasi Pembelajaran Guru
Pada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
Propinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2006


Disusun oleh
Drs. ANDI BUDIARMAN
(GURU BAHASA INDONESIA)



DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN SOPPENG
SMA NEGERI 1 LILIRIAJA
OKTOBER 2006

Pernyataan Keaslian Karya

Karya dengan judul: Penggunaan Rekaman Bencana Alam Tsunami untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Puisi pada Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng, adalah benar disusun oleh:
Nama : Drs. ANDI BUDIARMAN
NIP : 132006713
Asal Sekolah : SMA NEGERI 1 LILIRIAJA SOPPENG
Alamat Sekolah: Jalan H. Andi Mahmud 69 Cangadi Kabupaten Soppeng 90861
Karya ini, belum pernah diikutsertakan dalam lomba yang sejenis dan dijamin keasliannya.
Demikian pernyataan dibuat dengan penuh tanggung jawab.


Cangadi, 10 Oktober 2006
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Liliriaja Yang Membuat Pernyataan

Drs. UDIL HAMZAH Drs. ANDI BUDIARMAN
NIP 131414393 NIP 132006713

Pengesahan

Karya dengan judul: Penggunaan Rekaman Bencana Alam Tsunami untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Puisi pada Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng, adalah benar disusun oleh:
Nama : Drs. ANDI BUDIARMAN
NIP : 132006713
Asal Sekolah : SMA NEGERI 1 LILIRIAJA SOPPENG
Setelah diteliti dengan saksama, maka karya tulis ini dinyatakan layak/sah untuk diikutkan dalam lomba inovasi pembelajaran tingkat guru SMA propinsi Sulawesi Selatan yang dilaksanakan oleh LPMP.
Demikian pengesahan ini, dibuat dengan penuh tanggung jawab.
Cangadi, 10 Oktober 2006
Yang Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri 1 Liliriaja Penyusun,


Drs. UDIL HAMZAH Drs. ANDI BUDIARMAN
NIP 131414393 NIP 132006713


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan dosen mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa.
Penggunaan Rekaman Bencana Alam Tsunami untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Puisi pada Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng, merupakan salah satu uraian pengalaman penulis yang telah dilakukan dalam menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan di SMA Negeri 1 Liliriaja. Penulis menyadari pentingnya mengemukakan masalah ini, agar dapat menjadi bahan masukan kepada rekan mahasiswa S2 sebagai bahan pengayaan mengenai berbagai metode dan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
Karya Tulis sederhana ini, disusun dengan berbagai masukan, informasi, saran, dan kritikan dari berbagai pihak. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, rasa terima kasih patut penulis sampaikan kepada:
Dr. Salam, M. Pd. yang telah memberi bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyusun karya ini.
Kepada seluruh mahasiswa program S2 Bahasa Indonesia angkatan 2005 yang saling asah, asih, dan asuh sehingga memberikan motivasi untuk penyelesaian tugas ini.
Kepada seluruh pembaca yang meluangkan waktu untuk merespon makalah ini.
Semoga makalah ini, bermanfaat untuk peningkatan mutu pembelajaran di Indonesia.
Soppeng, 10 Desember 2006

Penulis,
Daftar Isi

Halaman Judul. …………………….………………………..…………………
Pernyataan Keaslian Karya ……………………………………………………
Pengesahan……………. ………………………..…..………..………………..
Kata Pengantar ………………………………………………...………………
Daftar Isi ………………………………………………………...…………….
BAB I PENDAHULUAN …………………………….…...………………….
E. Latar Belakang ……………………………..……………………..
F. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah …………………..………
G. Tujuan ……………………………………………….……………
H. Manfaat …………………………………………..……………….
BAB II LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN …….……..………
A. Penyusunan Program Pembelajaran …….. …….….…………….
B. Penyajian ……………………………..………………..…….. …
C. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran …. ………….………..
BAB III LAPORAN HASIL ……………………….……………..………….
C. Nilai Proses …………………………..……………. .………….
D. Nilai Hasil Belajar ……….……………………. ……………….
BAB IV PENUTUP …………………….…………………………………….
C. Simpulan ……………………………………………………….
D. Saran ……………………….. …………………………………
Daftar Pustaka ………………………………………………………………..
Lampiran ………………………………………………………………………

i
ii
iii
iv
v
1
1
3
4
4
5
5
6
10
13
13
14
22
22
23
24
25